Semua Berjalan di Jalannya Masing-Masing – Al Habib Umar bin Hafidh
Oleh : Alhabib Umar bin Hafidh
(Disampaikan dalam rangkain acara Multaqo Ulama di
Masjid Agung Jawa Tengah – MAJT, Semarang dari tanggal 17 – 18 April 2009)
Kita mendapat nikmat yang besar dari Allah Swt. Dahulu
orang terdahulu mendapatkan nikmat seperti yang kita rasakan dengan perjuangan
yang sangat berat sehingga kita sekarang dapat merasakan nikmat tersebut.
Oleh karena itu kita yang mempunyai kemampuan (ulama)
harus menyelamatkan masyarakat. Halaqoh dzikir dan ilmu harus terus hidup di
masyarakat karena kita mempunyai murid-murid. Kita harus terus menyempurnakan
tawasul kita, menyempurnakan silaturrahim diantara kita untuk meningkatkan
dakwah kita.
Saya datang ke Indonesia sejak 17 tahun yang lalu. Di
sini (Indonesia) masih terjaga madzhab Syafi’i, tapi akhir-akhir ini ada
madzhab yang tidak baik yang kalau kita tidak berhati-hati maka madzhab
tersebut akan menyesatkan kita.
Kita harus bekerja sama agar masalah-masalah seperti
ini dapat terselesaikan dengan tidak terganggu oleh latar belakang kita
masing-masing. Dengan saling bertemu kita dapat menyedikitkan kesalah-pahaman
sehingga keadaan yang lebih baik akan kita dapatkan.
Ini tidak ada niat lain kecuali ingin menyatukan umat.
Ilmu adalah mempunyai kedudukan yang tinggi sehingga bagi orang yang berilmu
tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang lain untuk mengikuti
keinginannya. Seperti halnya politik, partai-partai tidak bisa memaksa kyai
atau ulama untuk meninggalkan pondok pesantrennya hanya untuk masuk ke
partainya. Semua harus tetap berjalan di jalannya masing-masing akan tetapi
tetap harus sering-sering bertemu (silaturrahim).
Silaturrahim ini tidak membahas latar belakangnya
masing-masing, tidak! Tapi pertemuan-pertemuan yang membahas kebaikan umat.
Lihatlah dzikir kita, apakah membawa hasil bagi kita? Apakah membawa
pengaruh bagi diri kita?
Oleh : Alhabib Umar bin Hafidh
(Disampaikan dalam rangkain acara Multaqo Ulama di
Masjid Agung Jawa Tengah – MAJT, Semarang dari tanggal 17 – 18 April 2009)
Kita mendapat nikmat yang besar dari Allah Swt. Dahulu
orang terdahulu mendapatkan nikmat seperti yang kita rasakan dengan perjuangan
yang sangat berat sehingga kita sekarang dapat merasakan nikmat tersebut.
Oleh karena itu kita yang mempunyai kemampuan (ulama)
harus menyelamatkan masyarakat. Halaqoh dzikir dan ilmu harus terus hidup di
masyarakat karena kita mempunyai murid-murid. Kita harus terus menyempurnakan
tawasul kita, menyempurnakan silaturrahim diantara kita untuk meningkatkan
dakwah kita.
Saya datang ke Indonesia sejak 17 tahun yang lalu. Di
sini (Indonesia) masih terjaga madzhab Syafi’i, tapi akhir-akhir ini ada
madzhab yang tidak baik yang kalau kita tidak berhati-hati maka madzhab
tersebut akan menyesatkan kita.
Kita harus bekerja sama agar masalah-masalah seperti
ini dapat terselesaikan dengan tidak terganggu oleh latar belakang kita
masing-masing. Dengan saling bertemu kita dapat menyedikitkan kesalah-pahaman
sehingga keadaan yang lebih baik akan kita dapatkan.
Ini tidak ada niat lain kecuali ingin menyatukan umat.
Ilmu adalah mempunyai kedudukan yang tinggi sehingga bagi orang yang berilmu
tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang lain untuk mengikuti
keinginannya. Seperti halnya politik, partai-partai tidak bisa memaksa kyai
atau ulama untuk meninggalkan pondok pesantrennya hanya untuk masuk ke
partainya. Semua harus tetap berjalan di jalannya masing-masing akan tetapi
tetap harus sering-sering bertemu (silaturrahim).
Silaturrahim ini tidak membahas latar belakangnya
masing-masing, tidak! Tapi pertemuan-pertemuan yang membahas kebaikan umat.
Lihatlah dzikir kita, apakah membawa hasil bagi kita? Apakah membawa
pengaruh bagi diri kita?